Minggu, 26 Maret 2017

Larutan Penyangga (Buffer)

LARUTAN PENYANGGA (BUFFER)


Ket : Ka= konstanta asam; na=mol asam; nb=mol basa
Kb= konstanta basa;  ng=mol garam; Mb=molaritas basa
Ma=molaritas asam; Mg=molaritas garam

Ada 2 jenis penyangga :

Penyangga asam→ larutan penyangga yang terbentuk dari campuran asam lemah dengan basa konjugasinya (garamnya).
Contoh : Campuran antara CH3COOH dengan CH3COONa
Penyangga basa larutan penyangga yang terbentuk dari campuran basa lemah dengan asam konjugasinya (garamnya).
Contoh : Campuran antara NH4OH dengan NH4Cl
  
Cara Kerja Larutan Penyangga
Larutan Penyangga Asam
Larutan Penyangga Basa
Pada penambahan asam (H+)
CH3COO- + H+ ↔ CH3COOH
Pada penambahan asam (H+)
NH3 + H+ ↔ NH4+
Pada penambahan basa (OH-)
CH3COOH + OH- ↔ CH3COO- + H2O
Pada penambahan basa (OH-)
NH4+ + OH- ↔ NH3 + H2O

Fungsi Larutan Penyangga



1.       Kerja enzim hanya efektif pada pH tertentu, berarti memerlukan sistem penyangga
2.       Dalam sel tubuh diperlukan sistem penyangga dari pasangan H2PO4- dan HPO42- yaitu untuk kesetimbangan pH dalam ginjal, air liur, dan urin


3.       Untuk mempertahankan pH darah sekitar 7,3 – 7,5 diperlukan sistem penyangga H2CO3 dan HCO3-

4.       Untuk mempertahankan pH biakan murni diperlukan sistem penyangga dari NaH2PO4 dan Na2HPO4

Sabtu, 25 Maret 2017

Quis Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan

KELARUTAN DAN HASIL KALI KELARUTAN


KELARUTAN
                     
                                   (Courtesy from : YouTube)

Kelarutan (solubility) dilambangkan dengan lambang s adalah jumlah maksimum suatu zat yang dapat larut dalam pelarut tertentu. Satuan kelarutan dinyatakan dalam gram/ Liter atau mol/ Liter.
HUBUNGAN KELARUTAN DAN HASIL KALI KELARUTAN (Ksp)
Diketahui reaksi :  AxBy (s) → xAy+ (aq) + yBx– (aq)
   Maka hasil kali kelarutannya dilambangkan dengan:

  

PENGARUH PENAMBAHAN ION SENAMA TERHADAP KELARUTAN



HUBUNGAN pH DENGAN Ksp
Tahap penyelesaian pH Ksp : pH atau pOH  [H+] atau [OH-] Molaritas ion  Ksp
Tahap penyelesaian Ksp pH : Ksp   Molaritas ion [H+] atau [OH-]   pH atau pOH
Contoh soal : 
Hitunglah kelarutan Mg(OH)2
dalam larutan yang memiliki pH=12 (Ksp Mg(OH)2 = 1,5 x 10-11)
Penyelesaian : pOH = 14-12 =2, maka [OH-]=10-2 molL-1
                         Ksp Mg(OH)2 = [Mg2+][OH-]2
                         1,5 . 10-11 = [Mg2+][10-2]2
                         [Mg2+] = 1,5 10-7
                         Kelarutan Mg(OH)2 pada pH=12 adalah = 1,5.10-7 molL-1

REAKSI PENGENDAPAN
Jika : 1. Qc > Ksp maka terjadi endapan
           2. Qc = Ksp maka larutan tepat jenuh
           3. Qc < Ksp maka larutan belum jenuh (tidak mengendap)



Kamis, 23 Maret 2017

KOLOID


Sistem koloid adalah suatu bentuk campuran yang keadaannya terletak antara larutan dan suspensi (campuran kasar).
Sistem koloid ini mempunyai sifat-sifat khas yang berbeda dari sifat larutan atau suspensi.
Keadaan koloid bukan ciri dari zat tertentu karena semua zat, baik padat, cair, maupun gas, dapat dibuat dalam keadaan koloid.

Cairan tubuh, seperti darah adalah sistem koloid, bahan makanan seperti susu, keju, nasi, dan roti adalah sistem koloid. Cat, berbagai jenis obat, bahan kosmetik, tanah pertanian juga merupakan sistem koloid.



 A.     Perbedaan Larutan, Koloid, dan Suspensi

Larutan
Koloid
Suspensi Kasar
- Homogen, tdk dapat dibedakan dengan mikroskop ultra
- Jernih
- satu fase
- Tidak dapat disaring
- Tidak memisah (stabil)
- Diameter partikel
<>-7 cm
- Tampak homogen, dgn mikroskop ultra tampak heterogen
- Tidak jernih
- Dua fase
- Dapat disaring kertas saring ultra
- Umumnya stabil
- Diameter partikel 10-7 -10-5 cm.
- Heterogen
- Tidak jernih
- Dua fase
- Dapat disaring kertas saring ultra
- Tidak stabil
- Diameter partikel
> 10-5cm

B.    Jenis-jenis Koloid
Sistem Koloid
Sistem koloid dibagi menjadi dua bagian yaitu fase terdispersi (zat terlarut) dan medium
pendispersi (pelarut). Keduanya terdiri dari tiga fase/wujud yaitu padat, cair dan gas yang bersatu. Namun antara fase gas dengan gas tidak membentuk Sistem koloid karena bercampur homogeny
maka termasuk pada larutan.

No
Fase Terdispersi
Medium Pendispersi
Nama Koloid
Contoh
1.
Padat
Padat
Sol Padat
Perunggu, baja
2.
Padat
Cair
Sol
Cat, tinta, lotion
3.
Padat
Gas
Aerosol padat
Asap, debu diudara
4.
Cair
Padat
Emulsi Padat
Keju, mentega, jeli
5.
Cair
Cair
Emulsi cair
Susu, santan
6.
Cair
Gas
Aerosol cair
Kabut, awan
7.
Gas
Padat
Busa
Batu apung, busa jok
8.
Gas
Cair
Busa/buih
Buih sabun/sampo

      C.      Sifat-Sifat Koloid

Sifat-Sifat Koloid



(Courtesy From : You Tube)
      1.      Efek Tyndall
Efek tyndall ini ditemukan oleh John Tyndall (1820-1893), seorang ahli fisika Inggris. Oleh karena itu sifat itu disebut efek tyndall.
Efek tyndall adalah efek yang terjadi jika suatu larutan terkena sinar. Pada saat larutan sejati disinari dengan cahaya, maka larutan tersebut tidak akan menghamburkan cahaya, sedangkan pada sistem koloid, cahaya akan dihamburkan. hal itu terjadi karena partikel-partikel koloid mempunyai partikel-partikel yang relatif besar untuk dapat menghamburkan sinar tersebut. Sebaliknya, pada larutan sejati, partikel-partikelnya relatif kecil sehingga hamburan yang terjadi hanya sedikit dan sangat sulit diamati.
2. Gerak Brown
Gerak Brown adalah gerak acak, gerak tidak beraturan dari partikel koloid.
Jika kita amati sistem koloid dibawah mikroskop ultra, maka kita akan melihat bahwa partikel-partikel tersebut akan bergerak membentuk zigzag. Pergerakan zigzag ini dinamakan gerak Brown.
Partikel – partikel suatu zat senantiasa bergerak. Gerakan tersebut bersifat acak seperti pada zat cair dan gas. System koloid dengan medium pendipersi zat cair atau gas, partikel-partikel menghasilkan tumbukan. Tumbukan tersebut berlangsung dari segala arah. Partikel koloid cukup kecil, tumbukan cenderung tidak seimbang. Dan menyebabkan perubahan arah partikel sehingga terjadi gerak zigzag atau gerak brown.
Semakin kecil ukuran partikel koloid, semakin cepat gerak brown. Semakin besar ukuran partikel, semakin lambat gerak brown.
Gerak Brown dipengerahui oleh suhu. Semakin tinggi suhu system, koloid, semakin besar energi kinektik yang dimiliki partikel medium. Akibatnya, gerak Brown dari partikel fase terdispersinya semakin cepat. Semakin rendah suhu system koloid, maka gerak Brown semakin lambat.
     3.      Elektroforesis
Oleh karena partikel sol bermuatan listrik, maka partikel ini akan bergerak dalam medan listrik. Pergerakan ini disebut elektroforesis. Untuk lebih jelas, mari kita lihat tabung berikut di samping.
Pada gambar, terlihat bahwa partikel-partikel koloid bermuatan positif tersebut bergerak menuju elektrode dengan muatan berlawanan, yaitu elektroda negatif. Jika sistem koloid bermuatan negative, maka partikel itu akan menuju ke elektroda positif.
Manfaat elektroforesis adalah :
a.      Menerima muatan yang dimiliki suatu partikel.
b.      Memproduksi barang industri yang terbuat dari karet, misalnya sarung tangan.
c.       Mengurang zat pencemar udara yang dihasilkan dunia industri dengan metode Cottrell.
      4.      Koagulasi
Jika partikel-partikel koloid tersebut bersifat netral, maka akan terjadi penggumpalan dan pengendapan karena pengaruh gravitasi. Proses penggumpalan dan pengendapan ini disebut koagulasi.
Koagulasi yaitu peristiwa pengendapan partikel-partikel koloid sehingga fase terdispersinya terpisah dari medium pendispersinya. Koagulasi disebabkan karena hilangnya kestabilan untuk mempertahankan partikel agar tetap tersebar di medium pendispersi. Koagulasi dapat dilakukan dengan penambahan zat elektrolit dan cara mekanik (pemanasan,pendinginan,pengadukan).  Kegunaan koagulasi adalah :
a.      Penjernihan air dengan penambahan tawas (K2SO4.Al(SO4)3).
b.      Proses pendinginan santan.
c.       Pengolahan karet dari lateks.
d.      Pembentukan delta di daerah muara sungai.
e.      Telur rebus dan pembuatan agar-agar.
5. Adsorpsi
    Partikel sol padat ditempatkan dalam zat cair atau gas, maka partikel zat cair atau gas akan terakumulasi. Fenomena disebut adsorpsi. Jadi sdsorpsi terkait dengan penyerapan partikel pada permukaan zat. Partikel koloid sol memiliki kemampuan untuk mengadsorpsi partikel pendispersi pada permukaanya. Daya adsorpsi partikel koloid tergolong besar Karenna partikelnya memberikan sesuatu permukaan yang luas. Sifat ini telah digunakan dalam berbagai proses seperti penjernihan air. 
Manfaat adsorpsi adalah :
1.      Penggunaan norit untuk penyembuhan sakit perut.
2.      Proses pemutihan gula pasir pada industri gula dengan tanah diatomi dan arang tulang.
3.      Pewarnaan serat sutra, wool atau kapas dalam larutan Al2(SO4)3 pada industri tekstil.
4.      Proses penjernihan air keruh dengan tawas.
5.      Pembersihan kotoran dengan sabun.
6.      Adsorpsi koloid humus oleh koloid tanah liat.

7.      Koloid Liofil dan Liofob

No
Koloid Liofil
Koloid Liofob
1.
Stabil
Kurang stabil
2.
Kekentalan tinggi
Kekentalan rendah
3.
Dapat dibuat gel
Tidak semua dapat dibuat gel
4.
Sukar diendapkan
Mudah diendapkan
5.
Mengadsorpsi molekul
Mengabsorpsi ion
6.
Kurang menunjukkan efek Tyndall
Efek Tyndall sangat jelas
7.
Dibuat dengan cara dispersi
Dibuat secara kondensasi
8.
Gerak Brown kurang jelas
Gerak Brown sangat jelas
9.
Terdiri dari zat organik
Terdiri dari zat organik
10.
Reversibel
Tidak reversibel

Penjernihan Air
Air keran (PDAM) yang ada saat ini mengandung partikel-partikel koloid tanah liat,lumpur, dan berbagai partikel lainnya yang bermuatan negatif. Oleh karena itu, untuk menjadikannya layak untuk diminum, harus dilakukan beberapa langkah agar partikel koloid tersebut dapat dipisahkan. Hal itu dilakukan dengan cara menambahkan tawas Al2(SO4)3.Ion Al3+ yang terdapat pada tawas tersebut akan terhidroslisis membentuk partikel koloid Al(OH)3 yang bermuatan positif melalui reaksi: Al3+ + 3H2O → Al(OH)3 + 3H+
Setelah itu, Al(OH)3 menghilangkan muatan-muatan negatif dari partikel koloid tanahliat/lumpur dan terjadi koagulasi pada lumpur. Lumpur tersebut kemudian mengendap bersama tawas yang juga mengendap karena pengaruh gravitasi.
   8.      Emulsi
Emulsi adalah prosespenstabilan koloid berupa koloid cairan dalam media cair. Zatnya disebut emulsifier
Contoh : susu merupakan emulsi lemak dalam airdengan kasein ebagai emulsifier

     D.    Pembuatan Sistem Koloid
Cara Pembuatan Koloid


1. Kondensasi yaitu pembuatan koloid dengan mengubah partikel-partikel larutan yang terdiri dari molekul-molekul atau ion menjadi partikel koloid.
Cara kondensasi merupakan cara kimia, misalnya :
a. Reaksi redoks : 2H2S(g) + SO2(aq) → 2H2O(l) + 3S(koloid)
b. Reaksi Hidrolisis : FeCl3(aq) + 3H2O(l)→ Fe(OH)3(koloid) +3HCl(aq)
c. Reaksi dekomposisi rangkap : AgNO3(aq) + NaCl(aq) → AgCl(koloid) + NaNO3(aq)
d. Reaksi pergantian pelarut : S + alkohol + air → S(koloid)

2. Cara Dispersi yaitu pembuatan koloid dari suspensi kasar. Cara dispersi dibedakan menjadi  4, yaitu :
a. Cara Mekanik
Pembuatan koloid dengan cara penggerusan/penggilingan untuk zat padat, cara
pengadukan/pengocokan untuk zat cair, kemudian didispersikan ke dalam medium (pendispersi).
Contoh : belerang halus + air → sol belerang
b.  Cara Peptisasi
Pembuatan koloid dengan cara memecah molekul besar menjadi molekul yang lebih kecil
dengan menghilangkan ion elektrolit penyebab gumpalan.
d.    Cara Busur Bredig (Elektrodispersi)
Pembuatan koloid dengan menggunakan loncatan bunga api listrik. Cara ini biasanya untuk membuat sol logam.
e.    Cara Homogenisasi
         Pembuatan koloid dengan cara membuat suatu zat menjadi homogen dan berukuran koloid. Cara ini digunakan pada pembuatan susu.